Pages

Sabtu, 28 Mei 2016

Pemungutan Kurkumin dari Kunyit (Curcuma domestica val.) dan Pemakaiannya Sebagai Indikator Analisis Volumetri

BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
1.1 VOLUMETRI
Metode Volumetri atau lebih terkenal dengan nama titrasi. Volumetri berasal dari kata volume dan metri (pengukuran), maksudnya sebagai “pengukuran berdasarkan pada volume”. Metoda ini adalah metoda klasik yang tetep powerful sebagai metoda analisis kuantitatif senyawa anorganik ataupun organic, walau sudah bermunculan instrument-instrumen yang kinerjanya luar biasa, baik secara kecepatan,ketapatan ataupun akurasi, tapi rasanya sulit untuk melupakan titrasi sebagai salah satu metoda analisis kuantitatif, terlebih tentunya dalam proses pembelajaran masih sangat penting.
Penetapan kadar dalam titrasi dilakukan dengan berdasarkan perbandingan volume antara senyawa yang diuji dengan senyawa standar yang konsentrasinya diketahui, perbandingan ini sebenarnya adalah perbandingan mol antara kedua senyawa tersebut karena pada titrasi kedua senyawa akan mengalami reaksi. Namanya perhitungan reaksi ya pastinya menghitung pake mol. Hanya saja pada pengamatan kita gunakan volume sebagai data.
Larutan standar ada dua macam, yaitu:
1.     Larutan standar primer
2.     Larutan standar sekunder
Larutan standar primer adalah larutan yang dibuat dengan saksama dan berdasarkan perhitungan yang sempurna, jadi konsentrasi didapat dari hasil perhitungan,karena senyawa ini bersifat stabil. Larutan standar sekunder adalah larutan yang dibuat seadanya (tidak harus saksama, bukan berarti asal-asalan hanya tidak seteliti primer) dan kadar diketahui setelah dilakukan titrasi terhadap larutan standar primer atau istilahnya adalah proses pembakuan.
Proses titrasi dilakukan melalui tahapan:
1.     Pembuatan larutan standar primer dan sekunder
2.     Pembakuan larutan standar sekunder dengan larutan standar primer
3.     Penetapan kadar sampel dengan larutan standar sekunder
Tapi diantara proses itu ada tahapan penting lain yaitu pemilihan indicator yang cocok untuk titrasi yang dipakai.
 2.1 EKSTRAKSI
Ekstraksi adalah proses penarikan suatu zat dengan pelarut. Ekstraksi menyangkut distribusi suatu zat terlarut (solut) diantara dua fasa cair yang tidak saling bercampur. Teknik ekstraksi sangat berguna untuk pemisahan secara cepat dan bersih, baik untuk zat organik atau anorganik, untuk analisis makro maupun mikro. Selain untuk kepentingan analisis kimia, ekstraksi juga banyak digunakan untuk pekerjaan preparatif dalam bidang kimia organik, biokimia, dan anorganik di laboratorium.
 Alat yang digunakan berupa corong pisah (paling sederhana), alat ekstraksi soxhlet, sampai yang paling rumit berupa alat counter current craig. Secara umum, ekstraksi adalah proses penarikan suatu zat terlarut dari larutannya di dalam air oleh suatu pelarut lain yang tidak bercampur dengan air. Tujuan ekstraksi ialah memisahkan suatu komponen dari campurannya dengan menggunakan pelarut. Proses ekstraksi dengan pelarut digunakan untuk memisahkan dan isolasi bahan-bahan dari campurannya yang terjadi di alam, untuk isolasi bahan-bahan yang tidak larut dari larutan dan menghilangkan pengotor yang larut dari campuran. Berdasarkan hal di atas, maka prinsip dasar ekstraksi ialah pemisahan suatu zat berdasarkan perbandingan distribusi zat yang terlarut dalam dua pelarut yang tidak saling melarutkan.
3.1 DESTILASI
Destilasi adalah teknik untuk memisahkan larutan ke dalam masing-masing komponennya. Prinsip destilasi adalah didasarkan atas perbedaan titik didih komponen zatnya. Destilasi dapat digunakan untuk memurnikan senyawa-senyawa yang mempunyai titik didih berbeda sehingga dapat dihasilkan senyawa yang memiliki kemurnian yang tinggi.



BAB II
PEMBAHASAN

Pemungutan Kurkumin dari Kunyit (Curcuma domestica val.)
dan Pemakaiannya Sebagai Indikator Analisis Volumetri

           Analisa volumetri merupakan salah satu metode analisa kwantitatif  yang sangat penting penggunaannya dalam menentukan konsentrasi zat yang ada dalam larutan. Keberhasilan analisa volumetri ini sangat ditentukan oleh adanya indikator yang tepat sehingga mampu menunjukkan titik akhir titrasi yang tepat. Kurkumin merupakan zat warna yang  secara biogenetis berasal dari fenil alanin, asam malonat, dan asam sitrat. Menurut Mohammad R, dkk. (2007) kurkumin memberikan perubahan warna yang jelas dan cepat yaitu  kurang  lebih 5 detik sehingga dimungkinkan digunakan sebagai indikator.
          Agar kurkumin bisa digunakan sebagai indikator, maka dilakukanlah suatu penelitian dengan kunyit sebagai bahan dasarnya. Kunyit yang sudah dihaluskan diekstraksi dengan pelarut ethanol 96%, kemudian didistilasi dan setelah dingin membentuk kristal.  Kurkumin yang diperoleh pada kondisi optimum, diuji kadarnya menggunakan TLC Scanner  kemudian dilarutkan dalam alkohol dalam berbagai persen volume, dan siap digunakan sebagai indikator dalam titrasi asam basa.
          Pada penelitian ini dipelajari pengaruh waktu, suhu dan ukuran butir. Pada pengaruh waktu dan suhu, semakin lama waktu ekstraksi dan semakin tinggi suhu reaksi, maka kurkumin yang dihasilkan juga semakin bertambah. Pengaruh ukuran butir yaitu semakin kecil ukuran butir kunyit ternyata menghasilkan kurkumin yang semakin banyak. Akhirnya, dapat diketahui kondisi operasi yang optimum dalam ekstraksi kunyit adalah pada suhu 70°C, dengan ukuran partikel 100 mesh selama 120 menit, kurkumin yang dihasilkan 6,519 gram mempunyai kadar 5,158 gr/mL.
          Selanjutnya kurkumin yang akan digunakan sebagai indikator titik akhir pada analisa volumetri harus diencerkan terlebih dahulu menjadi 5% volume sebanyak 4 tetes karena pada saat 10 mL HCl 0,1 M  dititrasi dengan NaOH 0,1 M  menunjukkan perubahan warna yang sangat jelas dan terjadi secara mendadak, sehingga indikator kurkumin yang dipakai pada percobaan selanjutnya adalah larutan indikator kurkumin 5% sebanyak 4 tetes.
          Kurkumin dapat digunakan sebagai indikator titik akhir titrasi dalam analisis volumetri menggantikan fenolftalein (pp) dan methyl orange (mo). Indikator Fenolftalein, penentuan titik akhir titrasi 10 mL NaOH 0,1 N oleh HCl 0,1 N dengan indikator kurkumin dan pembanding indikator pp terjadi penyimpangan sebesar 0,63%,  yaitu perbedaan titik akhir yang ditunjukkan oleh indikator pp dan indikator kurkumin sangat kecil, sehingga kurkumin layak digunakan sebagai indikator dalam titrasi asam basa untuk alternatif pengganti fenolftalein (pp). Indikator methyl orange, penentuan titik akhir titrasi 10 mL NH4OH 0,1 N oleh HCl 0,1 N dengan indikator kurkumin dan pembanding indikator mo terjadi penyimpangan kesalahan 0,18%, yaitu perbedaan titik akhir yang ditunjukkan oleh indikator mo dan indikator kurkumin sangat kecil, sehingga kurkumin layak digunakan sebagai indikator dalam reaksi titrasi asam basa untuk alternatif pengganti methyl orange (mo).
         




BAB II
PENUTUP
KESIMPULAN
Pemungutan Kurkumin dari Kunyit (Curcuma domestica val.)
dan Pemakaiannya Sebagai Indikator Analisis Volumetri dimana untuk kurkumin bisa digunakan sebagai indikator, maka dilakukanlah suatu penelitian dengan kunyit sebagai bahan dasarnya. Kunyit yang sudah dihaluskan diekstraksi kemudian didestilasi dan di uji kadarnya maka kurkumin dapat di gunakan sebagai indikator titrasi asam basa.
            Pada hal ini dipengaruhi waktu, suhu, dan ukuran butir. Semakin lama waktu ekstraksi dan semakin tinggi suhu reaksi, maka kurkumin yang dihasilkan juga semakin bertambah. Pengaruh ukuran butir yaitu semakin kecil ukuran butir kunyit ternyata menghasilkan kurkumin yang semakin banyak.
Selanjutnya kurkumin yang akan digunakan sebagai indikator titik akhir pada analisa volumetri harus diencerkan terlebih dahulu menjadi 5% volume sebanyak 4 tetes karena pada saat 10 mL HCl 0,1 M  dititrasi dengan NaOH 0,1 M  menunjukkan perubahan warna yang sangat jelas dan terjadi secara mendadak, sehingga indikator Kurkumin dapat digunakan sebagai indikator titik akhir titrasi dalam analisis volumetri menggantikan fenolftalein (pp) dan methyl orange (mo).          
           

           

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. http://tothelastbreath.wordpress.com/2011/05/24/analisa-volumetri/
Day.2002. Analisis Kimia Kuantitatif .Jakarta: Erlangga
Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI Press
Oxtoby , David. 2001. Kimia Modern Edisi Ke Empat Jilid I. Jakarta: Erlangga

0 komentar:

Posting Komentar