Penetapan
PH Tanah
Larutan tanah adalah sifat tanah yang
mengandung ion-ion terlarut yang merupakan hara tanaman. Konsentrasi ion-ion
ini sangatlah beragam, tergantung pada ion terlarut serta jumlah bahan
pelarut.Reaksi tanah yang penting adalah masam, netral, dan alkalis. Di mana
dalam pernyataan ini didasarkan pada jumlah ion H+ dan OH-
dalam larutan tanah. Bila dalam larutan ditemukan ion H+ lebih
banyak dari ion OH‑, maka reaksi tanah tersebut adalah masam. Bila
ion H+ sama dengan atau seimbang dengan ion OH‑ maka
reaksi tersebut adalah netral. Dan jika ion OH- lebih banyak dari
ion H+ maka reaksi tersebut disebut reaksi alkalis.
Reaksi tanah berdasarkan atas dua unsur
di mana sumber keasaman tanah adalah asam-asam organik dan anorganik serta
ion-ion H dan Al dapat ditukar misalnya koloid dan sumber alkinitas atau
kebasahan dimana hasil hidrolisis dari ion dapat tukar atau garam-garam
alkalis.
Seperangkat faktor kimia tertentu
menentukan pH yang terukur pada tanah. Oleh karena itu, penentuan pH tanah
adalah salah satu uji yang paling penting yang dapat digunakan untuk
mendiagnosis masalah pertumbuhan tanaman. Misalnya, daun yang berwarna hijau
pucat pada tanaman yang sakit dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Apabila pH
tanahnya serendah 5,5 atau kurang, maka penyakit tanaman itu mungkin tidak
disebabkan oleh defisiensi besi, karena senyawa-senyawa besi mudah larut dalam
keadaan asam. Apabila pH tanah adalah 8, maka kemungkinan adanya defisiensi
besi perlu diperhitungkan sungguh-sungguh karena senyawa-senyawa besi sangat sukar
larut pada tanah yang pH-nya 8.Berdasarkan uraian di atas, maka perlu melakukan
percobaan reaksi tanah (pH) untuk mengetahui jenis reaksi dan nilai pH tanah
Alfisol pada berbagai lapisan tanah.
Alat pengukur
ph tanah
PH meter adalah alat elektronik yang
digunakan untuk mengukur pH (keasaman atau alkalinitas) dari cairan (meskipun
probe khusus terkadang digunakan untuk mengukur pH zat semi-padat).
Cara
menggunakan pH meter digital:
Bersihkan botol dengan solusi penyimpanan,
bilas elektroda, hingga kering
Ukur pH 4 buffer, yang merah muda.
Sesuaikan meter untuk membaca 4
dengan Cal 1 tombol di sebelah kiri.
Bersihkan pH 4 penyangga, bilas elektroda,
hingga kering
Ukur pH 10 buffer, yang berwarna
biru.
Sesuaikan meter untuk membaca 10 dengan Cal 2 tombol di sebelah kanan.
Bersihkan pH 10 penyangga, bilas
elektroda, menghapuskan kering.
Ukur pH 4 penyangga lagi. pH harus membaca 4. Jika tidak, menyesuaikan Cal 1 tombol
Ukur pH 4 penyangga lagi. pH harus membaca 4. Jika tidak, menyesuaikan Cal 1 tombol
Kembali ke pH 10 penyangga. pH harus membaca 10. Jika tidak,
menyesuaikan Cal 2 tombol.
Ulangi standarisasi menggunakan Cal 1 tombol dengan pH 4 penyangga dan
Cal 2 tahu dengan 10 pH buffer sampai pembacaan konsisten diperoleh.
Kemasaman
atau kealkalian tanah (pH tanah) adalah suatu parameter penunjuk keaktifan ion
H+ dalam suatu larutan, yang berkesetimbangan dengan H tidak
terdisosiasi dari senyawa-senyawa dapat larut dan tidak larut yang ada di dalam
sistem. Jadi, intensitas keasaman dari
suatu sistem dinyatakan dengan pH dan kapasitas keasaman dinyatakan dengan takaran
H+ terdisosiasi ditambah N tidak terdisosiasi di dalam sistem. Sistem tanah yang dirajai oleh ion-ion
H+ akan bersuasana asam.
Penyebab keasaman tanah adalah ion H+ dan Al3+
yang berada dalam larutan tanah dan komplek jerapan. Bila pH sama dengan 7 menunjukkan keadaan
netral. PH kurang dari 7 itu menunjukkan
keadaan asam, dan pH lebih dari 7 menunjukkan keadaan alkalis.
(Ganesa Tanah,
oleh Poerwowidodo, Institut Pertanian Bogor)
Kemasan tanah ada dua macam, yaitu:
1.
Kemasaman aktif yaitu kemasaman yang
disebabkan oleh adanya ion H+ yang ada pada koloid tanah.
2.
Kemasaman pasif yaitu kemasaman yang
disebabkan oleh ion H+ dan Al3+ yang ada pada kompleks
jerapan tanah.
Sejumlah senyawa menyumbang pada pengembangan reaksi
tanah yang asam atau basa. Asam-asam
organik dan anorganik, yang dihasilkan oleh penguraian bahan organik tanah,
merupakan konstituen tanah yang umum dapat mempengaruhi kemasaman tanah. Air merupakan sejumlah kecil ion H+. suatu bagian yang besar dari ion H+
yang ada dalam tanah akan dijerap oleh kompleks lempung sebagai ion-ion H+
yang dapat dipertukarkan.
Ion-ion H+ tertukarkan tersebut
berdisosiasi menjadi ion H+ yang dapat dipertukarkan merupakan
penyebab terbentuknya kemasaman tanah potensial atau cadangan. Ion-ion H+ bebas menciptakan
kemasaman aktif. Kemasaman aktif diukur
dan dinyatakan sebagai pH tanah.
(Dasar-dasar Kimia Tanah, oleh Kim H. Tan)
Pengukuran pH tanah dapat diukur
berdasarkan pada:
1. Metode
kolorimetri, yang lazim dilakukan di lapangan dan mampu memberi gambaran akurat
pH tanah lapangan secara cepat.
2. Metode
elektrometrikal, yang lazim dilakukan di laboratorium.
Metode
kolorimetri berdasarkan pada reaksi contoh tanah dengan suatu larutan
indikator, lalu membandingkan warna suspensi.
Metode ini mampu mensidik nilai pH tanah pelikan dari 3,8
sampai 9,6. indikator pH yang dikenal
saat ini adalah bromkisol hijau, kresol merah, dan lain-lain. Metode elektrometris berlandaskan pada perhitungan
daya hantar listrik sistem tanah yang diuji dan nilai itu langsung dikalinrasi
dengan kepekatan ion H+. ketelitian
metode ini mencapai 0,1 satuan pH.(Ganesa Tanah, oleh Poerwowidido, Institut
Pertanian Bogor)
Kemasaman tanah merupakan salah satu
sifat yang penting sebab terdapat hubungan pH dengan ketersediaan unsur hara dan
juga terdapat hubungan antara pH dengan proses pembentukan tanah. Kemasaman
tanah ditentukan oleh dinamika H+ di dalam tanah, ion H+
yang terdapat dalam suspensi tanah berada keseimbangan antara ion H+
yang terjerap. Akibat dari proses itu, maka dikenal dua jenis kemasaman,
kemasaman aktif dan kemasaman potensial. Kemasaman aktif disebabkan oleh ion H+
di dalam larutan tanah, sedangkan kemasaman potensial disebabkan oleh ion H+
dan Al3+ yang terjerap pada permukaan kompleks jerapan (Anonim,
2009).
Untuk menyeragamkan pengertian, sifat
reaksi dinilai berdasarkan konsentrasi ion H dan dinyatakan dengan pH. Dengan
kata lain, pH tanah = - log [H] tanah.
Bila konsentrasi ion H bertambah maka pH turun, sebaliknya bila konsentrasi ion
OH bertambah pH naik. Distribusi ion H dalam tanah tidak homogen. Ion H lebih
banyak dijerap daripada ion OH, maka ion H lebih pekat di dekat permukaan
koloid, sedangkan OH sebaliknya. Dengan demikian pH lebih rendah di dekat
koloid daripada tempat yang jauh dari koloid (Hakim, dkk. 1986).
Larutan mempunyai pH 7 disebut netral,
lebih kecil dari 7 masam, dan lebih besar dari 7 basis atau alkalis. Pada
keadaan netral konsentrasi ion H+ sama besar dengan konsentrasi ion
OH- dan pada keadaan alkalis sebaliknya. Reaksi tanah menunjukkan
tentang keadaan atau status kimia tanah. Status kimia tanah mempengaruhi
proses-proses biologik, seperti pertumbuhan tanaman. Reaksi atau pH yang
ekstrim menunjukkan keadaan kimia tanah yang dapat mengganggu proses biologik. Kelas kemasaman
tanah ada 6 macam, yaitu < 4,5 sangat masam, 4,5 - 5,5 masam, 5,6 - 6,5 agak
masam, 6,6 - 7,5 netral, 7,6 - 8,5 agak alkalis, dan < 8,5 alkalis
(Pairunan, dkk. 1985).
Di daerah rawa-rawa sering ditemukan
tanah-tanah sangat masam dengan pH kurang dari 3,0 yang disebut tanah sulfat
masam (cat clay) karena banyak mengandung asam sulfat. Di daerah yang sangat
kering (arid) kadang-kadang pH tanah sangat tinggi (pH lebih dari 9,0) karena
banyak mengandung garam Na. Pentingnya pH tanah adalah menentukan mudah
tidaknya unsur-unsur hara diserap tanaman, menunjukkan kemungkinan adanya
unsur-unsur beracun, dan mempengaruhi
perkembangan mikro organisme.
Tanah yang terlalu masam dapat dinaikkan pH-nya dengan menambahkan kapur ke
dalam tanah, sedang tanah yang terlalu alkalis dapat diturunkan pH-nya dengan
penambahan belerang (Hardjowigeno,
2003).
Pengaruh pH tanah yang utama bersifat
hayati. Beberapa organisme mempunyai toleransi agak kecil terhadap variasi pH
tanah, tetapi organisme lainnya mempunyai toleransi kisaran pH-nya luas. Dari
penelitian terbukti bahwa sesungguhnya konsentrasi H+ atau OH-
tidak begitu penting kecuali pada keadaan yang
ekstrim. Yang paling penting
adalah keadaan - keadaan pH
tertentu yang
berkaitan (Foth, 1994).
Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Reaksi Tanah
Faktor-faktor
yang mempengaruhi reaksi tanah yaitu sebagai berikut Hakim, dkk, (1986)
1. Kejenuhan Basa
Kejenuhan basa
adalah perbandingan antara kation basa dengan jumlah kation yang dapat
dipertukarkan pada koloid tanah.
Kejenuhan basa juga mencerminkan perbandingan kation basa dengan kation
hidrogen dan almunium. Berarti semakin kecil kejenuhan basa, semakin masam pula
reaksi tanah tersebut atau pH-nya semakin rendah. Kejenuhan basa 100%
mencerminkan pH tanah yang netral, kurang dari itu mengarah ke pH tanah masam,
sedangkan lebih dari itu mengarah ke basa.
2. Sifat Misel
(Koloid)
Sifat Misel yang berbeda-beda dalam
mendisosiasikan ion H+ terjerap menyebabkan pH tanah berbeda pada
koloid yang berbeda, walaupun kejenuhan basanya sama. Koloid organik mudah
mendisosiasikan ion H+ ke
dalam larutan.
Faktor-faktor
lain yang mempengaruhi tingkat kemasaman
tanah yaitu pencucian basa, mineralisasi atau dekomposisi bahan organik,
respirasi akar yang menghasilkan CO2 dan pemberian pupuk yang
bereaksi masam dalam tanah (Pairunan, dkk, 1985).
0 komentar:
Posting Komentar