SISTEM
TEKNOLOGI BUDIDAYA PERAIRAN
Didefinisikan
sebagai wadah produksi beserta komponen lainnya dan teknologi yang diterapkan
pada wadah tersebut dan bekerja secara sinergis dalam rangka mencapai tujuan
yaitu memproduksi ikan dan akhirnya mendapatkan keuntungan.
Sistem
tersebut adalah kolam air tenang, kolam air deras, tambak, jaring apung, jaring
tancap, keramba, kombongan, penculture, enclosure, longline, rakit,
bak-tangki-akuarium, dan ranching (melalui restocking). Pemilihan sistem
tersebut tergantung pada sumber daya air yang ada seperti tambak dipilih untuk
kawasan yang memiliki sumberdaya air payau seperti dekat muara sungai, pantai,
rawa payau, atau paluh.
Sistem
budidaya perairan ini juga bisa dikelompokkan menjadi:
1. Sistem
budidaya perairan berbasiskan daratan ( land-based aquaculture ) atau closed
system seperti kolam air tenang, kolam air deras, tambak, bak, dan tangki.
2. Sistem
budidaya perairan berbasiskan air ( water-based aquaculture ) atau open system
terdiri dari jaring apung, keramba, kombongan, rakit, penculture dan enclosure.
Sistem budidaya perairan
berbasiskan daratan ( land-based aquaculture ):
1.
Kolam air tenang adalah wadah pemeliharaan ikan yang di dalamnya terdapat air
yang bersifat menggenang ( stagnant ). Air yang masuk ke dalam kolam ini hanya
untuk mengganti air yang hilang akibat penguapan (evaporasi) atau rembesan
(infiltrasi). Di dalam kolam air tenang terjadi proses ekologis seperti proses
produksi biomassa nabati melalui aktivitas fotosintesis oleh fitoplankton atau
tumbuhan air (makrofita) dan proses dekomposisi bahan organik di dasar kolam
menjadi hara oleh bakteri pengurai.
2.
Kolam air deras ( raceway) adalah kolam yang didesain untuk memungkinkan
terjadinya aliran air ( flowthrough ) dalam pemeliharaan ikan dengan padat
tebar yang tinggi. Aliran air yang melimpah dan relatif deras serta kaya
oksigen ini penting untuk menyuplai oksigen dalam respirasi ikan dan membuang
(flushing out) limbah metabolisme, terutama ammonia.
3.
Tambak hampir mirip dengan kolam air tenang, berbeda dalam hal lokasi dan
sumber air yang digunakan. Tambak menggunakan sumber air payau dan lokasi di
dekat pantai dan muara sungai. Beberapa komponen dari sistem ini meliputi,
lokasi pengambilan air ( intake air), saluran tambak, petak tambak, dan infrastuktur
pendukung. Petak tambak terdiri dari beberapa komponen seperti pematang, dasar
dan pintu tambak, baik pintu pemasukan (inlet) maupun pintu pengeluaran
(outlet).
4.
Sawah Budidaya ikan dapat juga dilakukan di sawah. Sawah memiliki komponen
sistem budidaya seperti kolam air tenang atau tambak, yakni memiliki pematang
dasar sawah, pintu air, dan saluran air. Sistem teknologi budidaya perairan di
sawah ini dimungkinkan memiliki pengairan yang baik dan terkontrol. Selain
khusus untuk memelihara ikan, sawah bisa digunakan untuk memelihara ikan
bersama padi atau mina padi. Mina padi dapat mengefisienkan pemanfaatan lahan,
meningkatkan pendapatan petani, meningkatkan produksi ikan, memberikan lapangan
pekerjaan, mendukung program peningkatan gizi masyarakat, serta meningkatkan
kesehatan dan kesejahteraan bangsa. Keuntungan lain adalah kotoran ikan dapat
menjadi pupuk tambahan bagi padi, serangga pengganggu tanaman padi dapat
dimakan oleh ikan, dan petani lebih sering mengontrol sawahnya sehingga tanaman
padinya juga terkontrol dengan baik.
Sistem budidaya perairan
berbasiskan air ( water-based aquaculture ):
1. KERAMBA JARING APUNG
Wadah budidaya ikan yang sangat
potensial dikembangkan di Indonesia adalah karamba jaring Apung. Budidaya ikan
dalam Keramba Jaring Apung (KJA) merupakan salah satu teknologi budidaya yang
handal dalam rangka optimasi pemanfaatan perairan danau dan waduk. Agar dapat
melakukan budidaya ikan dijaring terapung yang menguntungkan maka konstruksi
wadah tersebut harus sesuai dengan persyaratan teknis. Konstruksi wadah jaring
terapung pada dasarnya terdiri dari dua bagian yaitu kerangka dan kantong
jaring.
Budidaya
ikan dijaring terapung dapat dilakukan untuk komoditas ikan air tawar dan ikan
air laut. Sebelum membuat konstruksi wadah karamba jaring terapung pemilihan
lokasi yang tepat dari aspek sosial ekonomis dan teknis benar. Aspek sosial
ekonomis yang sangat umum yang harus dipertimbangkan adalah lokasi tersebut
dekat dengan pusat kegiatan yang mendukung operasionalisasi suatu usaha seperti
tempat penjualan pakan, pembeli ikan dan lokasi yang dipilih merupakan daerah
pengembangan budidaya ikan sehingga mempunyai prasarana jalan yang baik serta
keamanan terjamin. Persyaratan teknis yang harus diperhatikan dalam memilih
lokasi usaha budidaya ikan di karamba jaring terapung antara lain adalah :
1. Arus air
Arus
air pada lokasi yang dipilih diusahakan tidak terlalu kuat namun tetap ada
arusnya agar tetap terjadi pergantian air dengan baik dan kandungan oksigen
terlarut dalam wadah budidaya ikan tercukupi, selain itu dengan adanya arus
maka dapat menghanyutkan sisa-sisa pakan dan kotoran ikan yang terjatuh di
dasar perairan.
Dengan
tidak terlalu kuatnya arus juga berpengaruh terhadap keamanan jaring dari
kerusakan sehingga masa pakai jaring lebih lama. Bila pada perairan yang akan
dipilih ternyata tidak ada arusnya (kondisi air tidak mengalir), disarankan
agar unit budidaya atau jaring dapat diusahakan di perairan tersebut, tetapi
jumlahnya tidak boleh lebih dari 1% dari luas perairan. Pada kondisi perairan
yang tidak mengalir, unit budidaya sebaiknya diletakkan ditengah perairan
sejajar dengan garis pantai.
2. Kedalaman perairan
Kedalaman
perairan sangat berpengaruh terhadap kualitas air pada lokasi tersebut. Lokasi
yang dangkal akan lebih mudah terjadinya pengadukan dasar akibat dari pengaruh
gelombang yang pada akhirnya menimbulkan kekeruhan. Sebagai dasar patokan pada
saat surut terendah sebaiknya kedalaman perairan lebih dari 3m dari dasar
waring/jaring.
3. Tingkat kesuburan
Pada
perairan umum dan waduk ditinjau dari tingkat kesuburannya dapat dikelompokkan
menjadi perairan dengan tingkat kesuburan rendah (oligotropik), sedang
(mesotropik) dan tinggi (eutropik). Jenis perairan yang sangat baik untuk
digunakan dalam budidaya ikan di jaring terapung dengan sistem intensif adalah
perairan dengan tingkat kesuburan rendah hingga sedang.Jika perairan dengan
tingkat kesuburan tinggi digunakan dalam budidaya ikan di jaring terapung maka
hal ini sangat beresiko tinggi karena pada perairan eutropik kandungan oksigen
terlarut pada malam hari sangat rendah dan berpengaruh buruk terhadap ikan yang
dipelihara dengan kepadatan tinggi.
4. Bebas dari pencemaran.
Dalam
dunia perikanan, yang dimaksud dengan pencemaran perairan adalah penambahan
sesuatu berupa bahan atau energi ke dalam perairan yang menyebabkan perubahan
kualitas air sehingga mengurangi atau merusak nilai guna air dan sumber air
perairan tersebut.
Bahan
pencemar yang biasa masuk kedalam suatu badan perairan pada prinsipnya dapat
dikelompokkan menjadi dua yaitu bahan pencemar yang sulit terurai dan bahan
pencemar yang mudah terurai. Contoh bahan pencemar yang sulit terurai berupa
persenyawaan logam berat, sianida, DDT atau bahan organik sintetis. Contoh
bahan pencemar yang mudah terurai berupa limbah rumah tangga, bakteri, limbah
panas atau limbah organik. Kedua jenis bahan pencemar tersebut umumnya
disebabkan oleh kegiatan manusia, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Penyebab kedua adalah keadaan alam seperti banjir atau gunung meletus.
Jika
lokasi budidaya mengandung bahan pencemar maka akan berpengaruh terhadap
kehidupan ikan yang dipelihara didalam wadah budidaya ikan tersebut.
5. Kualitas air
Dalam
budidaya ikan, secara umum kualitas air dapat diartikan sebagai setiap perubahan
(variabel) yang mempengaruhi pengelolaan, kelangsungan hidup dan produktivitas
ikan yang dibudidayakan. Jadi perairan yang dipilih harus berkualitas air yang
memenuhi persyaratan bagi kehidupan dan pertumbuhan ikan yang akan
dibudidayakan.Kualitas air meliputi sifat fisika, kimia dan biologi. Secara
detail tentang kualitas air ini akan dibahas pada posting labih lanjut.
6. Lokasi keramba jaring apung bukan daerah up-welling
Lokasi
ini terhindar dari proses perputaran air dasar kepermukaan (up-welling). Pada
daerah yang sering terjadi up-welling sangat membahayakan kehidupan organisme
yang dipelihara, dimana air bawah dengan kandungan oksigen yang sangat rendah
serta gas-gas beracun akan kepermukaan yang dapat menimbulkan kematian secara
massal. Lokasi seperti ini sebaiknya dihindari. kecuali sistem keramba dipasok
oksigennya dengan suatu mekanisme tertentu.
Setelah
mendapatkan lokasi yang memenuhi persyaratan teknis maupun sosial ekonomis maka
harus dilakukan perencanaan selanjutnya. Perencanaan disesuaikan dengan data
yang diperoleh pada waktu melakukan survey lokasi. Perencanaan tersebut dapat
dibuat dengan membuat gambar dari konstruksi wadah budidaya yang akan dibuat.
Konstruksi wadah jaring terapung terdiri dari beberapa bagian, antara lain :
1.
Kerangka keramba jaring apung
Kerangka jaring terapung dapat dibuat dari bahan kayu, bambu
atau besi yang dilapisi bahan anti karat (cat besi). Memilih bahan untuk
kerangka, sebaiknya disesuai-kan dengan ketersediaan bahan di lokasi budidaya
dan nilai ekonomis dari bahan tersebut.
Kayu atau bambu secara ekonomis memang lebih murah
dibandingkan dengan besi anti karat, tetapi jika dilihat dari masa pakai dengan
menggunakan kayu atau bambu jangka waktu (usia teknisnya) hanya 1,5–2 tahun.
Sesudah 1,5–2 tahun masa pakai, kerangka yang terbuat dari kayu atau bambu ini
sudah tidak layak pakai dan harus direnofasi kembali. Jika akan memakai
besi anti karat sebagai kerangka jaring pada umumnya usia ekonomis/ angka waktu
pemakaiannya relatif lebih lama, yaitu antara 4–5 tahun.
Pada umumnya petani ikan di jaring terapung menggunakan kayu
sebagai bahan utama pembuatan kerangka, karena selain harganya relatif murah
juga ketersediaannya di lokasi budidaya sangat banyak. kayu yang digunakan
untuk kerangka jaring terapung ukurannya berkisar antara 5 X 5 meter sampai 10
X 10 meter. Petani ikan jaring terapung di perairan Danau Toba pada umumnya
menggunakan kerangka dari kayu dengan ukuran 5 x 5 meter. Kerangka dari jaring
apung umumnya dibuat tidak hanya satu petak tetapi satu unit. Satu unit jaring
terapung terdiri dari 10 buah petak.
2. Pelampung keramba jaring apung
Pelampung berfungsi untuk mengapungkan kerangka/ jaring
terapung. Bahan yang digunakan sebagai pelampung berupa drum (besi atau
plastik) yang berkapasitas 200 liter, busa plastik (stryrofoam) atau
fiberglass. Jenis pelampung yang akan digunakan biasanya dilihat berdasarkan
lama pemakaian.
Jika akan menggunakan pelampung dari drum maka drum harus terlebih dahulu dicat dengan menggunakan cat yang mengandung bahan anti karat. Jumlah pelampung yang akan digunakan disesuaikan dengan besarnya kerangka jaring apung yang akan dibuat. Jaring terapung berukuran 7 X 7 meter, dalam satu unit jaring terapung membutuhkan pelampung antara 45 buah.
Pelampung drum besi
3. Pengikat keramba jaring apung
Tali pengikat sebaiknya terbuat dari bahan yang kuat,
seperti tambang plastik, kawat ukuran 5 mm, besi beton ukuran 8 mm atau 10 mm.
Tali pengikat ini digunakan untuk mengikat kerangka jaring terapung, pelampung
atau jaring.
4. Jangkar keramba jaring apung
Jangkar berfungsi sebagai penahan jaring terapung agar rakit
jaring terapung tidak hanyut terbawa oleh arus air dan angin yang kencang.
Jangkar terbuat dari bahan batu, semen atau besi. Pemberat diberi tali
pemberat/tali jangkar yang terbuat dari tambang plastik yang berdiameter
sekitar 10 mm – 15 mm. Jumlah pemberat untuk satu unit jaring terapung empat
petak/kantong adalah sebanyak 4 buah. Pemberat diikatkan pada masing-masing
sudut dari kerangka jaring terapung. Berat jangkar berkisar antara 50 – 75 kg.
Jangkar keramba apung
5. Jaring keramba jaring apung
Jaring yang digunakan untuk budidaya ikan di perairan Danau
Toba, terbuat dari bahan polyethylene. Ukuran mata jaring yang digunakan
tergantung dari besarnya ikan yang akan dibudidayakan. ukuran yang biasa di
gunakan Jaring polyethylene no. 280 D/12 dengan ukuran mata jaring 1 inch
(2,5 cm) atau 1,5 inch (3,81 cm).
Jaring yang mempunyai ukuran mata
jaring lebih kecil dari 1 inch biasanya digunakan untuk memelihara ikan yang
berukuran lebih kecil. Di Danau Toba, khususnya dalam budidaya ikan di jaring
terapung ukuran jaring yang digunakan adalah ukuran ¾ - 1 inch. Untuk l
Kantong jaring yang digunakan untuk memelihara ikan dapat
diperoleh dengan membeli jaring utuh. Dalam hal ini biasanya jaring dijual
dipasaran berupa lembaran atau gulungan. Langkah awal yang harus dilakukan
untuk membuat kantong jaring adalah membuat desain/rancangan kantong jaring
yang akan dipergunakan. Ukuran kantong jaring yang akan dipergunakan berkisar
antara 2 X 2 m sampai dengan 10 X 10 m.
Setelah ukuran kantong jaring yang akan dipergunakan,
misalnya akan dibuat kantong jaring dengan ukuran 7 X 7 X 2 m, langkah
selanjutnya adalah memotong jaring. Untuk memotong jaring harus dilakukan
dengan benar berdasarkan pada ukuran mata jaring dan tingkat perenggangannya
saat terpasang di perairan. Menurut hasil penelitian, jaring dalam keadaan
terpasang atau sudah berupa kantong jaring akan mengalami perenggangan atau
mata jaring dalam keadaan tertarik/terbuka.
6. Pemberat keramba jaring apung
Pemberat yang digunakan biasanya terbuat dari batu yang di
bungkus dengan jaring yang masing-masing beratnya antara 2–5 kg. Fungsi
pemberat ini agar jaring tetap simetris dan pemberat ini diletakkan pada setiap
sudut kantong jaring terapung.
7. Tali / tambang keramba jaring apung
Tali / tambang yang digunakan biasanya disesuaikan dengan
kondisi perairan pada perairan tawar adalah tali plastik yang mempunyai
diameter 5–10 mm, sedangkan pada perairan laut tali / tambang yang digunakan
terbuat dari nilon atau tambang yang kuat terhadap salinitas.Tali/tambang ini
dipergunakan sebagai penahan jaring pada bagian atas dan bawah. Tali tambang
ini mempunyai istilah lain yang disebut dengan tali ris.
Panjang tali ris adalah sekeliling dari kantong jaring terapung. Misalnya, kantong jaring terapung berukuran 7X7X2m maka tali risnya adalah 7m X 4 =28 m. Dengan dikalikan empat karena kantong sisi jaring terapung adalah empat sisi. Khusus untuk tali ris pada bagian atas sebaiknya dilebihkan 0,5 m untuk setiap sudut. Jadi tali risnya mempunyai panjang 28 m +( 4 X 0,5 m) = 30m. Hal ini untuk memudahkan dalam melakukan aktivitas kegiatan operasional pada saat melakukan budidaya ikan.
2. KERAMBA JARING TANCAP
Jaring
Tancap adalah sistem teknologi budidaya dalam wadah berupa jaring yang
diikatkan pada patok yang menancap ke dasar perairan. Komponen ini meliputi rangka,
kantong jaring, patok dan rumah jaga. Fungsi, bahan dan spesifikasi setiap
komponen tersebut mirip dengan komponen sejenis pada sistem KJA, kacuali patok.
Patok berfungsi sebagai penyangga jaring sehingga bisa berbentuk kantong segi
empat, terbuat dari kayu, bambu atau beton. Sistem ini diletakkan di pantai
perairan danau, waduk, laut, atau sungai tenang yang memiliki kedalaman sekitar
3-7 m.
A. Pemilihan Lokasi
Pemilihan
lokasi untuk usaha budidaya ikan perlu dipertimbangkan agar usaha yang dilakukan
dapat berjalan sesuai dengan harapan dan dapat berkesinambungan. Tidak semua
sungai dapat dijadikan tempat usaha budidaya dalam keramba jaring tancap. Aspek
teknis seperti kondisi perairan (sungai) dan kualitas air sangat berperan
penting bagi pertumbuhan ikan yang akan dipelihara. Selain aspek teknis, aspek
sosial ekonomi juga harus diperhatikan meliputi prasarana jalan,
keamanan, mudah mendapatkan tenaga kerja, dekat dengan daerah pengembangan
budidaya ikan dan pemasaran.
B. Pembuatan Keramba
Jaring Tancap
Setelah bahan dan alat guna
membuat keramba jaring tancap telah tersedia maka langkah yang dilakukan adalah
:
a. Buat kerangka menurut ukuran
yang dikehendaki, dalam hal ini panjang 3 meter, sedang lebar 2 meter. Kemudian
kayu gelam (cerocok) ditancapkan kedalam lumpur untuk membuat kerangka keramba.
Empat tiang memanjang yang masing-masing merupakan tulang tempat mengikat
tiang-tiang melintang.
b. Kayu cerocok diikat dengan
tali tambang/rotan atau dipaku antara tiang yang telah ditancapkan dengan tiang-tiang
melintang kerangka yang bentuknya menyerupai balok.
c. Setelah kerangka tiang
terbentuk persegi panjang dengan ukuran 2×3 m, maka waring dipasang pada
kerangka yang diikat dengan tali tambang. Jaring yang digunakan ada 2 macam,
yaitu jaring dalam sebagai wadah budidaya dan jaring luar dengan ukuran mata
jaringnya agak besar yang berfungsi untuk pelindung jaringwadah budidaya
atau pencegah serangan hama.
d. Kemudian masukan waring
kedalam air hingga hampir menyetuh lumpur, titik atas waring jangan sampai
tenggelam pada saat pasang air tertinggi atau banjir. Dan ketika surut terendah
tinggi air dalam waring tidak kurang dari 50 cm.
C. Teknik Budidaya
Budidaya ikan
di keramba jaring tancap yang harus pertama kali diperhatikan adalah debit air
dan arus air pada sungai tersebut, pemilihan tempat untuk keramba jaring tancap
harus memilih tempat yang susah untuk mengalami kekeringan air. Peletakan
jaring tancap didaerah yang berarus kecil dan dalam dengan kedalaman ideal
untuk keramba jaring tancap adalah 60-70 cm. Apabila keramba jaring tancap
sudah dibuat maka dilakukan teknik budidaya yang meliputi :
a. Penebaran benih ikan nila
gift kedalam wadah budidaya.
Penebaran benih ikan sebaiknya
pada pagi atau sore hari saat kondisi perairan tidak terlalu panas agar ikan
tidak stres. Sebelum ikan ditebarkan perlu dilakukan aklimatisasi atau
penyesuaian kondisi lingkungan sekitar. Caranya ialah ikan dalam kantong
plastik (wadah pengangkutan) dibiarkan terapung dalam perairan sekitar 2-4
menit, kemudian secara bertahap air perairan sedikit demi sedikit dimasukkan
kedalam wadah pengangkutan. Bila kondisi air dalam wadah pengangkutan dengan
air perairan sudah sesuai (sama), maka ikan-ikan yang ada dalam wadah
pengangkutan biasanya akan keluar dengan sendirinya.
b. Pemberian pakan.
Masa pemeliharaan ikan selama 3
bulan, pakan yang diberikan berupa pakan buatan berupa pellet yang banyak
tersedia di pasaran. Selain pakan berupa pellet, pakan tambahan lainnya dapat
juga diberikan seperti tanaman air dan daun-daunan. Bulan pertama pemeliharaan,
setiap hari pakan diberikan sebanyak 4% dari berat total ikan yang dipelihara.
Bulan kedua jumlah pellet dikurangi menjadi 3,5% dan bulan ketiga pemeliharaan
maka setiap harinya pakan yang diberikan adalah 3% dari berat total ikan. Agar
jumlah pakan yang diberikan dapat ditentukan maka setiap 7-10 hari sekali
dilakukan sampling untuk menentukan berat ikan. Pakan diberikan tiga kali
sehari, yaitu pada pagi, siang dan sore hari. Pemberian pakan dilakukan sedikit
demi sedikit sesuai dengan nafsu makan ikan.
c. Pengendalian hama dan
penyakit ikan.
Selama pemeliharaan, kesehatan
ikan selalu diamati agar dapat melakukan penaggulangan sedini mungkin. Hama
ikan dapat berupa hama perusak, pesaing dan pemangsa yang dapat mengganggu
pertumbuhan ikan sehingga menurunkan jumlah produksi. Hama tersebut dapat
dibasmi secara kimia (menggunakan obat-obatan), biologi (menekan pertumbuhannya
dengan memasukkan hewan predator) maupun menangkap hama secara langsung.
Apabila ditemui tanda-tanda serangan penyakit, maka segera dilakukan diagnostik
dan pengobatan serta memisahkan atau membuang ikan yang terserang agar tidak
menginfeksi ikan yang sehat. Kebersihan keramba harus selalu tetap
terjaga dan selalu melakukan pengontrolan terhadap jaring karena dikhawatirkan
ada yang bocor.
D. Pemanenan dan
Pemasaran
Pemenenan ikan
dilakukan apabila masa pemeliharaan sudah mencapai 3 bulan, dilakukan dengan
cara mempersempit ruang gerak ikan di dalam kantong keramba. Hal ini dilakukan
dengan cara salah satu sisi kantong jaring dengan sisi lainnya dirapatkan.
Dengan cara ini ikan-ikan yang akan ditangkap tergiring dan terkumpul di satu
tempat sehingga mudah dipanen. Ikan-ikan yang sudah terkumpul diambil
menggunakan serokan dan dimasukkan kedalam wadah. Ikan yang telah dipanen akan
dipasarkan dalam bentuk ikan hidup dan segar ke rumah-rumah makan, pasar
ikan tradisional, para pengumpul ikan dan langsung kekonsumen.
Dapatkan berita seputar ayam hanya di rajasabungs128
BalasHapus