Pages

Sabtu, 28 Mei 2016

SISTEM TEKNOLOGI BUDIDAYA PERAIRAN

SISTEM TEKNOLOGI BUDIDAYA PERAIRAN
Didefinisikan sebagai wadah produksi beserta komponen lainnya dan teknologi yang diterapkan pada wadah tersebut dan bekerja secara sinergis dalam rangka mencapai tujuan yaitu memproduksi ikan dan akhirnya mendapatkan keuntungan.
Sistem tersebut adalah kolam air tenang, kolam air deras, tambak, jaring apung, jaring tancap, keramba, kombongan, penculture, enclosure, longline, rakit, bak-tangki-akuarium, dan ranching (melalui restocking). Pemilihan sistem tersebut tergantung pada sumber daya air yang ada seperti tambak dipilih untuk kawasan yang memiliki sumberdaya air payau seperti dekat muara sungai, pantai, rawa payau, atau paluh.
Sistem budidaya perairan ini juga bisa dikelompokkan menjadi:
1.      Sistem budidaya perairan berbasiskan daratan ( land-based aquaculture ) atau closed system seperti kolam air tenang, kolam air deras, tambak, bak, dan tangki.
2.      Sistem budidaya perairan berbasiskan air ( water-based aquaculture ) atau open system terdiri dari jaring apung, keramba, kombongan, rakit, penculture dan enclosure.

Sistem budidaya perairan berbasiskan daratan ( land-based aquaculture ):
1. Kolam air tenang adalah wadah pemeliharaan ikan yang di dalamnya terdapat air yang bersifat menggenang ( stagnant ). Air yang masuk ke dalam kolam ini hanya untuk mengganti air yang hilang akibat penguapan (evaporasi) atau rembesan (infiltrasi). Di dalam kolam air tenang terjadi proses ekologis seperti proses produksi biomassa nabati melalui aktivitas fotosintesis oleh fitoplankton atau tumbuhan air (makrofita) dan proses dekomposisi bahan organik di dasar kolam menjadi hara oleh bakteri pengurai.
2. Kolam air deras ( raceway) adalah kolam yang didesain untuk memungkinkan terjadinya aliran air ( flowthrough ) dalam pemeliharaan ikan dengan padat tebar yang tinggi. Aliran air yang melimpah dan relatif deras serta kaya oksigen ini penting untuk menyuplai oksigen dalam respirasi ikan dan membuang (flushing out) limbah metabolisme, terutama ammonia.
3. Tambak hampir mirip dengan kolam air tenang, berbeda dalam hal lokasi dan sumber air yang digunakan. Tambak menggunakan sumber air payau dan lokasi di dekat pantai dan muara sungai. Beberapa komponen dari sistem ini meliputi, lokasi pengambilan air ( intake air), saluran tambak, petak tambak, dan infrastuktur pendukung. Petak tambak terdiri dari beberapa komponen seperti pematang, dasar dan pintu tambak, baik pintu pemasukan (inlet) maupun pintu pengeluaran (outlet).
4. Sawah Budidaya ikan dapat juga dilakukan di sawah. Sawah memiliki komponen sistem budidaya seperti kolam air tenang atau tambak, yakni memiliki pematang dasar sawah, pintu air, dan saluran air. Sistem teknologi budidaya perairan di sawah ini dimungkinkan memiliki pengairan yang baik dan terkontrol. Selain khusus untuk memelihara ikan, sawah bisa digunakan untuk memelihara ikan bersama padi atau mina padi. Mina padi dapat mengefisienkan pemanfaatan lahan, meningkatkan pendapatan petani, meningkatkan produksi ikan, memberikan lapangan pekerjaan, mendukung program peningkatan gizi masyarakat, serta meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan bangsa. Keuntungan lain adalah kotoran ikan dapat menjadi pupuk tambahan bagi padi, serangga pengganggu tanaman padi dapat dimakan oleh ikan, dan petani lebih sering mengontrol sawahnya sehingga tanaman padinya juga terkontrol dengan baik.

Sistem budidaya perairan berbasiskan air ( water-based aquaculture ):
1. KERAMBA JARING APUNG
Wadah budidaya ikan yang sangat potensial dikembangkan di Indonesia adalah karamba jaring Apung. Budidaya ikan dalam Keramba Jaring Apung (KJA) merupakan salah satu teknologi budidaya yang handal dalam rangka optimasi pemanfaatan perairan danau dan waduk. Agar dapat melakukan budidaya ikan dijaring terapung yang menguntungkan maka konstruksi wadah tersebut harus sesuai dengan persyaratan teknis. Konstruksi wadah jaring terapung pada dasarnya terdiri dari dua bagian yaitu kerangka dan kantong jaring.
Budidaya ikan dijaring terapung dapat dilakukan untuk komoditas ikan air tawar dan ikan air laut. Sebelum membuat konstruksi wadah karamba jaring terapung pemilihan lokasi yang tepat dari aspek sosial ekonomis dan teknis benar. Aspek sosial ekonomis yang sangat umum yang harus dipertimbangkan adalah lokasi tersebut dekat dengan pusat kegiatan yang mendukung operasionalisasi suatu usaha seperti tempat penjualan pakan, pembeli ikan dan lokasi yang dipilih merupakan daerah pengembangan budidaya ikan sehingga mempunyai prasarana jalan yang baik serta keamanan terjamin. Persyaratan teknis yang harus diperhatikan dalam memilih lokasi usaha budidaya ikan di karamba jaring terapung antara lain adalah :

1. Arus air
Arus air pada lokasi yang dipilih diusahakan tidak terlalu kuat namun tetap ada arusnya agar tetap terjadi pergantian air dengan baik dan kandungan oksigen terlarut dalam wadah budidaya ikan tercukupi, selain itu dengan adanya arus maka dapat menghanyutkan sisa-sisa pakan dan kotoran ikan yang terjatuh di dasar perairan.

Dengan tidak terlalu kuatnya arus juga berpengaruh terhadap keamanan jaring dari kerusakan sehingga masa pakai jaring lebih lama. Bila pada perairan yang akan dipilih ternyata tidak ada arusnya (kondisi air tidak mengalir), disarankan agar unit budidaya atau jaring dapat diusahakan di perairan tersebut, tetapi jumlahnya tidak boleh lebih dari 1% dari luas perairan. Pada kondisi perairan yang tidak mengalir, unit budidaya sebaiknya diletakkan ditengah perairan sejajar dengan garis pantai.

2. Kedalaman perairan
Kedalaman perairan sangat berpengaruh terhadap kualitas air pada lokasi tersebut. Lokasi yang dangkal akan lebih mudah terjadinya pengadukan dasar akibat dari pengaruh gelombang yang pada akhirnya menimbulkan kekeruhan. Sebagai dasar patokan pada saat surut terendah sebaiknya kedalaman perairan lebih dari 3m dari dasar waring/jaring.

3. Tingkat kesuburan
Pada perairan umum dan waduk ditinjau dari tingkat kesuburannya dapat dikelompokkan menjadi perairan dengan tingkat kesuburan rendah (oligotropik), sedang (mesotropik) dan tinggi (eutropik). Jenis perairan yang sangat baik untuk digunakan dalam budidaya ikan di jaring terapung dengan sistem intensif adalah perairan dengan tingkat kesuburan rendah hingga sedang.Jika perairan dengan tingkat kesuburan tinggi digunakan dalam budidaya ikan di jaring terapung maka hal ini sangat beresiko tinggi karena pada perairan eutropik kandungan oksigen terlarut pada malam hari sangat rendah dan berpengaruh buruk terhadap ikan yang dipelihara dengan kepadatan tinggi.

4. Bebas dari pencemaran.
Dalam dunia perikanan, yang dimaksud dengan pencemaran perairan adalah penambahan sesuatu berupa bahan atau energi ke dalam perairan yang menyebabkan perubahan kualitas air sehingga mengurangi atau merusak nilai guna air dan sumber air perairan tersebut.

Bahan pencemar yang biasa masuk kedalam suatu badan perairan pada prinsipnya dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu bahan pencemar yang sulit terurai dan bahan pencemar yang mudah terurai. Contoh bahan pencemar yang sulit terurai berupa persenyawaan logam berat, sianida, DDT atau bahan organik sintetis. Contoh bahan pencemar yang mudah terurai berupa limbah rumah tangga, bakteri, limbah panas atau limbah organik. Kedua jenis bahan pencemar tersebut umumnya disebabkan oleh kegiatan manusia, baik secara langsung maupun tidak langsung. Penyebab kedua adalah keadaan alam seperti banjir atau gunung meletus.

Jika lokasi budidaya mengandung bahan pencemar maka akan berpengaruh terhadap kehidupan ikan yang dipelihara didalam wadah budidaya ikan tersebut.

5. Kualitas air
Dalam budidaya ikan, secara umum kualitas air dapat diartikan sebagai setiap perubahan (variabel) yang mempengaruhi pengelolaan, kelangsungan hidup dan produktivitas ikan yang dibudidayakan. Jadi perairan yang dipilih harus berkualitas air yang memenuhi persyaratan bagi kehidupan dan pertumbuhan ikan yang akan dibudidayakan.Kualitas air meliputi sifat fisika, kimia dan biologi. Secara detail tentang kualitas air ini akan dibahas pada posting labih lanjut.

6. Lokasi keramba jaring apung bukan daerah up-welling
Lokasi ini terhindar dari proses perputaran air dasar kepermukaan (up-welling). Pada daerah yang sering terjadi up-welling sangat membahayakan kehidupan organisme yang dipelihara, dimana air bawah dengan kandungan oksigen yang sangat rendah serta gas-gas beracun akan kepermukaan yang dapat menimbulkan kematian secara massal. Lokasi seperti ini sebaiknya dihindari. kecuali sistem keramba dipasok oksigennya dengan suatu mekanisme tertentu.

Setelah mendapatkan lokasi yang memenuhi persyaratan teknis maupun sosial ekonomis maka harus dilakukan perencanaan selanjutnya. Perencanaan disesuaikan dengan data yang diperoleh pada waktu melakukan survey lokasi. Perencanaan tersebut dapat dibuat dengan membuat gambar dari konstruksi wadah budidaya yang akan dibuat.

 Konstruksi wadah jaring terapung terdiri dari beberapa bagian, antara lain :

1. Kerangka keramba jaring apung
Kerangka jaring terapung dapat dibuat dari bahan kayu, bambu atau besi yang dilapisi bahan anti karat (cat besi). Memilih bahan untuk kerangka, sebaiknya disesuai-kan dengan ketersediaan bahan di lokasi budidaya dan nilai ekonomis dari bahan tersebut.

Kayu atau bambu secara ekonomis memang lebih murah dibandingkan dengan besi anti karat, tetapi jika dilihat dari masa pakai dengan menggunakan kayu atau bambu jangka waktu (usia teknisnya) hanya 1,5–2 tahun. Sesudah 1,5–2 tahun masa pakai, kerangka yang terbuat dari kayu atau bambu ini sudah tidak layak pakai dan harus direnofasi kembali.  Jika akan memakai besi anti karat sebagai kerangka jaring pada umumnya usia ekonomis/ angka waktu pemakaiannya relatif lebih lama, yaitu antara 4–5 tahun.
Pada umumnya petani ikan di jaring terapung menggunakan kayu sebagai bahan utama pembuatan kerangka, karena selain harganya relatif murah juga ketersediaannya di lokasi budidaya sangat banyak. kayu yang digunakan untuk kerangka jaring terapung ukurannya berkisar antara 5 X 5 meter sampai 10 X 10 meter. Petani ikan jaring terapung di perairan Danau Toba pada umumnya menggunakan kerangka dari kayu dengan ukuran 5 x 5 meter. Kerangka dari jaring apung umumnya dibuat tidak hanya satu petak tetapi satu unit. Satu unit jaring terapung terdiri dari 10 buah petak.

 2. Pelampung keramba jaring apung
Pelampung berfungsi untuk mengapungkan kerangka/ jaring terapung. Bahan yang digunakan sebagai pelampung berupa drum (besi atau plastik) yang berkapasitas 200 liter, busa plastik (stryrofoam) atau fiberglass. Jenis pelampung yang akan digunakan biasanya dilihat berdasarkan lama pemakaian.

Jika akan menggunakan pelampung dari drum maka drum harus terlebih dahulu dicat dengan menggunakan cat yang mengandung bahan anti karat. Jumlah pelampung yang akan digunakan disesuaikan dengan besarnya kerangka jaring apung yang akan dibuat. Jaring terapung berukuran 7 X 7 meter, dalam satu unit jaring terapung membutuhkan pelampung antara 45 buah.
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg5tfH_7nWkImkZuhObkLTJJsjCxPBaet6lQ7ZHAQDfG_LmzuwKhSFXV4yeJB88ile-1BA4YpshpKqLyffgXXEq09HXUI8fVCMwpBvyZi8FMlk6yLIbgj8ZIVMBgv9rBICfprC1dN0eBuE/s400/Pelampung+drum+besi.jpg
Pelampung drum besi

3. Pengikat keramba jaring apung
Tali pengikat sebaiknya terbuat dari bahan yang kuat, seperti tambang plastik, kawat ukuran 5 mm, besi beton ukuran 8 mm atau 10 mm. Tali pengikat ini digunakan untuk mengikat kerangka jaring terapung, pelampung atau jaring.

4. Jangkar keramba jaring apung
Jangkar berfungsi sebagai penahan jaring terapung agar rakit jaring terapung tidak hanyut terbawa oleh arus air dan angin yang kencang. Jangkar terbuat dari bahan batu, semen atau besi. Pemberat diberi tali pemberat/tali jangkar yang terbuat dari tambang plastik yang berdiameter sekitar 10 mm – 15 mm. Jumlah pemberat untuk satu unit jaring terapung empat petak/kantong adalah sebanyak 4 buah. Pemberat diikatkan pada masing-masing sudut dari kerangka jaring terapung. Berat jangkar berkisar antara 50 – 75 kg.

Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhj8fmtN81uS067AUz5u1Q_4tSMR1PxM5IpmOUgSQfmluI9xAjeN0c907iZt2IDcz-c1QDfU_gvWntg7iOF7Z9v643-jzfCfWqQiXv9_fqUauXruOGAk3chAV73Sy2ciTEtGqbxHv7sis8/s1600/Jangkar+keramba+apung.jpg
Jangkar keramba apung

5. Jaring keramba jaring apung
Jaring yang digunakan untuk budidaya ikan di perairan Danau Toba,  terbuat dari bahan polyethylene. Ukuran mata jaring yang digunakan tergantung dari besarnya ikan yang akan dibudidayakan. ukuran yang biasa di gunakan  Jaring polyethylene no. 280 D/12 dengan ukuran mata jaring 1 inch (2,5 cm) atau 1,5 inch (3,81 cm).
Jaring yang mempunyai ukuran mata jaring lebih kecil dari 1 inch biasanya digunakan untuk memelihara ikan yang berukuran lebih kecil. Di Danau Toba, khususnya dalam budidaya ikan di jaring terapung ukuran jaring yang digunakan adalah ukuran ¾ - 1 inch. Untuk l
Kantong jaring yang digunakan untuk memelihara ikan dapat diperoleh dengan membeli jaring utuh. Dalam hal ini biasanya jaring dijual dipasaran berupa lembaran atau gulungan. Langkah awal yang harus dilakukan untuk membuat kantong jaring adalah membuat desain/rancangan kantong jaring yang akan dipergunakan. Ukuran kantong jaring yang akan dipergunakan berkisar antara 2 X 2 m sampai dengan 10 X 10 m.

Setelah ukuran kantong jaring yang akan dipergunakan, misalnya akan dibuat kantong jaring dengan ukuran 7 X 7 X 2 m, langkah selanjutnya adalah memotong jaring. Untuk memotong jaring harus dilakukan dengan benar berdasarkan pada ukuran mata jaring dan tingkat perenggangannya saat terpasang di perairan. Menurut hasil penelitian, jaring dalam keadaan terpasang atau sudah berupa kantong jaring akan mengalami perenggangan atau mata jaring dalam keadaan tertarik/terbuka.


6. Pemberat keramba jaring apung
Pemberat yang digunakan biasanya terbuat dari batu yang di bungkus dengan jaring yang masing-masing beratnya antara 2–5 kg. Fungsi pemberat ini agar jaring tetap simetris dan pemberat ini diletakkan pada setiap sudut kantong jaring terapung.

7. Tali / tambang keramba jaring apung
Tali / tambang yang digunakan biasanya disesuaikan dengan kondisi perairan pada perairan tawar adalah tali plastik yang mempunyai diameter 5–10 mm, sedangkan pada perairan laut tali / tambang yang digunakan terbuat dari nilon atau tambang yang kuat terhadap salinitas.Tali/tambang ini dipergunakan sebagai penahan jaring pada bagian atas dan bawah. Tali tambang ini mempunyai istilah lain yang disebut dengan tali ris.

Panjang tali ris adalah sekeliling dari kantong jaring terapung. Misalnya, kantong jaring terapung berukuran 7X7X2m maka tali risnya adalah 7m X 4 =28 m. Dengan dikalikan empat karena kantong sisi jaring terapung adalah empat sisi. Khusus untuk tali ris pada bagian atas sebaiknya dilebihkan 0,5 m untuk setiap sudut. Jadi tali risnya mempunyai panjang 28 m +( 4 X 0,5 m) = 30m. Hal ini untuk memudahkan dalam melakukan aktivitas kegiatan operasional pada saat melakukan budidaya ikan.

2. KERAMBA JARING TANCAP
Jaring Tancap adalah sistem teknologi budidaya dalam wadah berupa jaring yang diikatkan pada patok yang menancap ke dasar perairan. Komponen ini meliputi rangka, kantong jaring, patok dan rumah jaga. Fungsi, bahan dan spesifikasi setiap komponen tersebut mirip dengan komponen sejenis pada sistem KJA, kacuali patok. Patok berfungsi sebagai penyangga jaring sehingga bisa berbentuk kantong segi empat, terbuat dari kayu, bambu atau beton. Sistem ini diletakkan di pantai perairan danau, waduk, laut, atau sungai tenang yang memiliki kedalaman sekitar 3-7 m.
A. Pemilihan Lokasi
Pemilihan lokasi untuk usaha budidaya ikan perlu dipertimbangkan agar usaha yang dilakukan dapat berjalan sesuai dengan harapan dan dapat berkesinambungan. Tidak semua sungai dapat dijadikan tempat usaha budidaya dalam keramba jaring tancap. Aspek teknis seperti kondisi perairan (sungai) dan kualitas air sangat berperan penting bagi pertumbuhan ikan yang akan dipelihara. Selain aspek teknis, aspek sosial ekonomi juga  harus diperhatikan meliputi prasarana jalan, keamanan, mudah mendapatkan tenaga kerja, dekat dengan daerah pengembangan budidaya ikan dan pemasaran.
B. Pembuatan Keramba Jaring Tancap
Setelah bahan dan alat guna membuat keramba jaring tancap telah tersedia maka langkah yang dilakukan adalah :
a. Buat kerangka menurut ukuran yang dikehendaki, dalam hal ini panjang 3 meter, sedang lebar 2 meter. Kemudian kayu gelam (cerocok) ditancapkan kedalam lumpur untuk membuat kerangka keramba. Empat tiang memanjang yang masing-masing merupakan tulang tempat mengikat tiang-tiang melintang.
b. Kayu cerocok diikat dengan tali tambang/rotan atau dipaku antara tiang yang telah ditancapkan dengan tiang-tiang melintang kerangka yang bentuknya menyerupai balok.
c. Setelah kerangka tiang terbentuk persegi panjang dengan ukuran 2×3 m, maka waring dipasang pada kerangka yang diikat dengan tali tambang. Jaring yang digunakan ada 2 macam, yaitu jaring dalam sebagai wadah budidaya dan jaring luar dengan ukuran mata jaringnya agak besar yang berfungsi untuk pelindung jaringwadah  budidaya atau pencegah serangan hama.
d. Kemudian masukan waring kedalam air hingga hampir menyetuh lumpur, titik atas waring jangan sampai tenggelam pada saat pasang air tertinggi atau banjir. Dan ketika surut terendah tinggi air dalam waring tidak kurang dari 50 cm.
C. Teknik Budidaya
Budidaya ikan di keramba jaring tancap yang harus pertama kali diperhatikan adalah debit air dan arus air pada sungai tersebut, pemilihan tempat untuk keramba jaring tancap harus memilih tempat yang susah untuk mengalami kekeringan air. Peletakan jaring tancap didaerah yang berarus kecil dan dalam dengan kedalaman ideal untuk keramba jaring tancap adalah 60-70 cm. Apabila keramba jaring tancap sudah dibuat maka dilakukan teknik budidaya yang meliputi :
a. Penebaran benih ikan nila gift kedalam wadah budidaya.
Penebaran benih ikan sebaiknya pada pagi atau sore hari saat kondisi perairan tidak terlalu panas agar ikan tidak stres. Sebelum ikan ditebarkan perlu dilakukan aklimatisasi atau penyesuaian kondisi lingkungan sekitar. Caranya ialah  ikan dalam kantong plastik (wadah pengangkutan) dibiarkan terapung dalam perairan sekitar 2-4 menit, kemudian secara bertahap air perairan sedikit demi sedikit dimasukkan kedalam wadah pengangkutan. Bila kondisi air dalam wadah pengangkutan dengan air perairan sudah sesuai (sama), maka ikan-ikan yang ada dalam wadah pengangkutan biasanya akan keluar dengan sendirinya.
b. Pemberian pakan.
Masa pemeliharaan ikan selama 3 bulan, pakan yang diberikan berupa pakan buatan berupa pellet yang banyak tersedia di pasaran. Selain pakan berupa pellet, pakan tambahan lainnya dapat juga diberikan seperti tanaman air dan daun-daunan. Bulan pertama pemeliharaan, setiap hari pakan diberikan sebanyak 4% dari berat total ikan yang dipelihara. Bulan kedua jumlah pellet dikurangi menjadi 3,5% dan bulan ketiga pemeliharaan maka setiap harinya pakan yang diberikan adalah 3% dari berat total ikan. Agar jumlah pakan yang diberikan dapat ditentukan maka setiap 7-10 hari sekali dilakukan sampling untuk menentukan berat ikan. Pakan diberikan tiga kali sehari, yaitu pada pagi, siang dan sore hari. Pemberian pakan dilakukan sedikit demi sedikit sesuai dengan nafsu makan ikan.
c. Pengendalian hama dan penyakit ikan.
Selama pemeliharaan, kesehatan ikan selalu diamati agar dapat melakukan penaggulangan sedini mungkin. Hama ikan dapat berupa hama perusak, pesaing dan pemangsa yang dapat mengganggu pertumbuhan ikan sehingga menurunkan jumlah produksi. Hama tersebut dapat dibasmi secara kimia (menggunakan obat-obatan), biologi (menekan pertumbuhannya dengan memasukkan hewan predator) maupun menangkap hama secara langsung. Apabila ditemui tanda-tanda serangan penyakit, maka segera dilakukan diagnostik dan pengobatan serta memisahkan atau membuang ikan yang terserang agar tidak menginfeksi  ikan yang sehat. Kebersihan keramba harus selalu tetap terjaga dan selalu melakukan pengontrolan terhadap jaring karena dikhawatirkan ada yang bocor.
D. Pemanenan dan Pemasaran
Pemenenan ikan dilakukan apabila masa pemeliharaan sudah mencapai 3 bulan, dilakukan dengan cara mempersempit ruang gerak ikan di dalam kantong keramba. Hal ini dilakukan dengan cara salah satu sisi kantong jaring dengan sisi lainnya dirapatkan. Dengan cara ini ikan-ikan yang akan ditangkap tergiring dan terkumpul di satu tempat sehingga mudah dipanen. Ikan-ikan yang sudah terkumpul diambil menggunakan serokan dan dimasukkan kedalam wadah. Ikan yang telah dipanen akan dipasarkan dalam bentuk ikan hidup dan segar  ke rumah-rumah makan, pasar ikan tradisional, para pengumpul ikan dan langsung kekonsumen.

1 komentar: